Senin, 13 Februari 2017

Kawal Pernikahan di 112 Haruskah Diapresiasi?

Beberapa hari yang lalu FPI kembali menggelar aksinya, yang kali ini dilakukan di sekitar Masjid Istiqlal, kali ini yang akan kita bahas bukan aksi 112 itu sendiri tetapi pemberian jalan kepada pasangan Non Muslim yang hendak menikah di Katedral yang terletak tepat didepan Masjid Istiqlal.


Melihat aksi FPI yang memberikan jalan dan terlihat memayungi pasangan yang hendak menikah tersebut, banyak pihak mengapresiasi tindakan yang dilakukan FPI tersebut. Tetapi apakah tindakan ini perlu "diapresiasi"?

Dikutip dari Detik News, berikut pernyataan salah satu anggota FPI atas aksi pengawalan pernikahan 11 Februari silam.

Ilham menegaskan peristiwa itu adalah bukti toleransi umat Islam terhadap umat lain.
"Yang kita benci itu bukan agamanya, tapi orangnya. Kalau kita benci agamanya, nggak mungkin mereka (pengantin -red) kita kawal," ujar Ilham.

"Yang kita benci orangnya bukan agamanya" pernyataan ini agaknya terdengar ganjil karena diucapkan oleh anggota FPI, yang dianggap oleh cukup banyak orang dengan sebutan "Ormas Preman" pemberian label "preman" ini tentu bukan tanpa sebab.

Mengingat kembali 'track record'  FPI kita masih ingat aksi sweeping atribut natal di beberapa pusat perbelanjaan yang berujung pencekalan dari banyak pihak. belum lagi aksi pengancaman atas kelangsungan pernikahan pasangan non muslim 2010 silam yang sangat bertolak belakang dengan apa yang mereka lakukan beberapa saat lalu.

Juga aksi FPI mengepung gereja di bekasi 2014 silam, bukan hanya non muslim, FPI juga seringkali melakukan aksinya terhadap muslim, seperti aksi pembakaran warung makan milik seorang Ahmadiyah dan pembakaran markas Ahmadiyah di Makasar

Belum lagi pembubaran diskusi lintas agama di Surabaya, pelarangan Seminar Korban 1965, pernyataan FPI atas hukuman mati bagi anggota GAFATAR.

Sebenarnya masih banyak lagi aksi aksi intoleran lain tetapi kita kembali ke pertanyaan pokok diawal "Apakah tindakan FPI di aksi 112 perlu diapresiasi?".

Pertanyaan ini terlintas oleh saya melihat terlalu dibesar besarkannya aksi ini, dan aksi ini juga tidak biasanya dilakukan oleh FPI yang terkenal akan aksi 'intoleran' dan anarkisnya.

Apa latar belakang dibalik aksi kemarin? "Apakah ini sebuah usaha untuk menaikan citra yang sudah terlanjur buruk di mata masyarakat?" atau murni merupakan sebuah perubahan atas komentar komentar pedas masyarakat selama ini yang ditujukan kepada FPI?

pertanyaan ini memang tidak bisa terjawab sekarang, kalau aksi kemarin memang murni dari FPI tanpa maksud tertentu tentu untuk kedepan seharusnya kita bisa melihat aksi aksi serupa yang dilakukan FPI.

Tetapi apresiasi 'netizen' yang memuji aksi ini patut untuk dipertanyakan, apakah dengan tidak melarang pasangan non muslim untuk menikah adalah sebuah perbuatan yang patut untuk diapresiasi dengan berlebihan seperti ini?

Sebagai perumpamaan tentu kita tidak perlu mengapresiasi seseorang karena tidak menganiaya orang lain, atau tidak perlu mengapresiasi seseorang karena ia tidak membunuh orang lain. Yang saya lihat tidakan FPI pada 112 silam adalah sebuah bentuk keharusan bukan tindakan yang perlu diapresiasi secara berlebihan seperti ini.

13 komentar:

  1. wah nikahnya dipasin ama demo niih bisa jadi kenangan dong hehe

    BalasHapus
  2. Patut di apresiasi namun ada sedikit masukan,mndengar kabar ada wartawan metro tv yg dipukul dan di ludahi sama peserta demo, mohon jgn trlalu arogan krna muslim yg saya tau cinta damai, santun dan ramah jdi tdk elok jika ada kekerasan yg tak wajar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. apresiasi sih boleh boleh aja, cuma yang saya lihat di sosial media itu terlalu dibesarbesarkan. (y)

      Hapus
  3. yang perlu dikedepankan sikap toleransi, menghargai sesama. bhineka tunggal ika, indahnya kebersamaan.. indah ya gan kalo dunia ini akur hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sip bro, jangan ada yang merasa berkuasa atas yang lainnya (y)

      Hapus
  4. duh fpi memang perusak bangsaa tuhh

    BalasHapus
  5. kenangan terindah ya nikah di kawal FPI ditambah pas lagi demo pula

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. menurut saya hal tersebut haruslah kita apresiasi sebagai bentuk saling toleransi. Lebih baik kita tidak saling menjatuhkan agar keutuhan tetap terjalin dengan baik. Marilah kita lihat apapun bukan hanya dari satu sisi agar kita lebih paham matursuwun(hanya berpendapat hehe)

    BalasHapus